Tembung sasmita adalah kata-kata dalam bahasa Jawa yang memiliki makna tersembunyi atau kiasan. Tembung sasmita biasanya digunakan untuk menyampaikan pesan secara halus, sopan, atau indah. Tembung sasmita juga dapat menunjukkan kearifan, kecerdasan, atau kreativitas penggunanya.
Fungsi Tembung Sasmita
Tembung sasmita memiliki beberapa fungsi, antara lain:
- Menyampaikan pesan secara tidak langsung, sehingga tidak menyinggung, melukai, atau mengejek orang lain.
- Menyampaikan pesan secara lebih menarik, elegan, atau artistik, sehingga dapat memikat, menghibur, atau menginspirasi orang lain.
- Menyampaikan pesan secara lebih mendalam, kompleks, atau bermakna, sehingga dapat memberikan pelajaran, nasihat, atau kritik yang bernilai.
- Menyampaikan pesan secara lebih rahasia, aman, atau terlindungi, sehingga dapat menghindari kesalahpahaman, konflik, atau ancaman yang tidak diinginkan.
Jenis Tembung Sasmita
Tembung sasmita dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan cara membentuknya, yaitu:
- Tembung sasmita ngoko, yaitu tembung sasmita yang dibentuk dari kata-kata ngoko (bahasa Jawa sehari-hari) yang memiliki makna lain selain makna aslinya. Contoh: golek (mencari) yang berarti nrimo (menerima), sawat (potong) yang berarti mati (mati), ngisor (bawah) yang berarti ndhuwur (atas), dan sebagainya.
- Tembung sasmita krama, yaitu tembung sasmita yang dibentuk dari kata-kata krama (bahasa Jawa hormat) yang memiliki makna lain selain makna aslinya. Contoh: sampun (sudah) yang berarti durung (belum), kula (saya) yang berarti sampeyan (anda), sugeng (selamat) yang berarti ngetrap (terjebak), dan sebagainya.
- Tembung sasmita inggil, yaitu tembung sasmita yang dibentuk dari kata-kata inggil (bahasa Jawa tinggi) yang memiliki makna lain selain makna aslinya. Contoh: prabu (raja) yang berarti wong cilik (rakyat jelata), surya (matahari) yang berarti bulan (bulan), sasana (tempat) yang berarti sawiji (satu), dan sebagainya.
- Tembung sasmita campur, yaitu tembung sasmita yang dibentuk dari campuran kata-kata ngoko, krama, dan inggil yang memiliki makna lain selain makna aslinya. Contoh: golek sampun (mencari sudah) yang berarti nrimo durung (menerima belum), kula sawat (saya potong) yang berarti sampeyan mati (anda mati), sugeng prabu (selamat raja) yang berarti ngetrap wong cilik (terjebak rakyat jelata), dan sebagainya.
Contoh Tembung Sasmita
Berikut adalah beberapa contoh tembung sasmita beserta makna dan penggunaannya:
- Golek sampun (mencari sudah) yang berarti nrimo durung (menerima belum). Tembung sasmita ini digunakan untuk menyatakan sikap pasrah atau sabar terhadap sesuatu yang belum tercapai. Contoh kalimat: Golek sampun rejeki, nrimo durung nemu (Mencari sudah rezeki, menerima belum menemukan).
- Kula sawat (saya potong) yang berarti sampeyan mati (anda mati). Tembung sasmita ini digunakan untuk mengancam atau menakut-nakuti orang lain. Contoh kalimat: Kula sawat yen sampeyan durung bayar utang (Saya potong jika anda belum bayar utang).
- Sugeng prabu (selamat raja) yang berarti ngetrap wong cilik (terjebak rakyat jelata). Tembung sasmita ini digunakan untuk menyindir atau mengkritik orang yang sombong atau tidak peduli dengan orang lain. Contoh kalimat: Sugeng prabu, ngetrap wong cilik sing sengsara (Selamat raja, terjebak rakyat jelata yang sengsara).
- Surya sasana (matahari tempat) yang berarti bulan sawiji (bulan satu). Tembung sasmita ini digunakan untuk memuji atau mengagumi orang yang cantik atau tampan. Contoh kalimat: Surya sasana, kowe iku bulan sawiji (Matahari tempat, kamu itu bulan satu).
Kesimpulan
Tembung sasmita adalah kata-kata dalam bahasa Jawa yang memiliki makna tersembunyi atau kiasan. Tembung sasmita memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan secara tidak langsung, menarik, mendalam, atau rahasia.
Tembung sasmita dapat dibedakan menjadi jenis ngoko, krama, inggil, atau campur, berdasarkan cara membentuknya. Tembung sasmita dapat digunakan dalam berbagai situasi, seperti menyatakan pasrah, mengancam, menyindir, atau memuji.
Sobat Gen Z, terima kasih sudah setia membaca artikel gen-z.biz.id. Kami harap artikel ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan Anda tentang tembung sasmita. Jangan lupa untuk berbagi artikel ini dengan teman-teman Anda yang juga tertarik dengan bahasa Jawa. Sampai jumpa di artikel selanjutnya.
FAQ
Q: Apa beda tembung sasmita dengan tembung paribasa?
A: Tembung paribasa adalah peribahasa dalam bahasa Jawa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang memiliki makna kiasan. Tembung sasmita adalah kata-kata dalam bahasa Jawa yang memiliki makna kiasan. Tembung paribasa biasanya berupa kalimat, sedangkan tembung sasmita biasanya berupa kata tunggal.
Q: Bagaimana cara mengetahui makna tembung sasmita?
A: Cara mengetahui makna tembung sasmita adalah dengan memahami konteks, maksud, dan tujuan penggunaannya. Selain itu, dapat juga dengan menggunakan kamus, buku, atau sumber lain yang menjelaskan tentang tembung sasmita.
Q: Apa saja contoh tembung sasmita yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari?
A: Beberapa contoh tembung sasmita yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah:
1. Golek (mencari) yang berarti nrimo (menerima). Contoh: Golek rejeki, nrimo sing ana (Mencari rezeki, menerima yang ada).
2. Ngisor (bawah) yang berarti ndhuwur (atas). Contoh: Ngisor bumi, ndhuwur langit (Bawah bumi, atas langit). Tembung sasmita ini digunakan untuk menyatakan hal yang berlawanan, paradoks, atau ironi. Contoh kalimat: Ngisor bumi, ndhuwur langit, kowe iku wong sing pinter nanging bodho (Bawah bumi, atas langit, kamu itu orang yang pintar tapi bodoh).
3. Sampun (sudah) yang berarti durung (belum). Contoh: Sampun lulus, durung kerja (Sudah lulus, belum kerja). Tembung sasmita ini digunakan untuk menyatakan harapan, keinginan, atau motivasi. Contoh kalimat: Sampun lulus, durung kerja, ayo semangat nyari pekerjaan (Sudah lulus, belum kerja, ayo semangat cari pekerjaan).
4. Kula (saya) yang berarti sampeyan (anda). Contoh: Kula tresna, sampeyan benci (Saya cinta, anda benci). Tembung sasmita ini digunakan untuk menyatakan perasaan, emosi, atau sikap. Contoh kalimat: Kula tresna, sampeyan benci, opo iki sing dadi karepmu? (Saya cinta, anda benci, apa ini yang menjadi kehendakmu?).
5. Sugeng (selamat) yang berarti ngetrap (terjebak). Contoh: Sugeng dalan, ngetrap celaka (Selamat jalan, terjebak celaka). Tembung sasmita ini digunakan untuk menyatakan nasib, takdir, atau karma. Contoh kalimat: Sugeng dalan, ngetrap celaka, iki akibat sikilmu sing ora bener (Selamat jalan, terjebak celaka, ini akibat sikapmu yang tidak benar).
Saya Nisrina Khalel, S.Si, Praktisi Pendidikan & S1 Pendidikan Biologi dari Universitas Negeri Padang. Fotografer, Videografer, Konten Kreator, dan Sekretaris di Yayasan Wakaf Edukasi Islami Pariaman. Penuh dedikasi pada kemanusiaan, pendidikan, lingkungan, dan budaya, merefleksikan cerita melalui tulisan, foto, dan video. Penulis di gen-z.biz.id.